Banyak anak broken home yang mengalami masalah pada hidupnya, Karena efek dari keluarga yang berantakan dan tercerai berai. Akibatnya, mereka seringkali mengalami trauma dan juga gangguan psikis yang dapat menganggu keberlangsungan hidupnya.
Tidak seperti kebanyakan anak yang hidup dalam lingkungan keluarga yang normal. Mereka anak broken home hidup dengan penuh derita. Penderitaan terberatnya tentu masih berkaitan dengan hilangnya sosok orang tua dan juga kebahagiaan di dalam rumah.
Nah, seiring berjalannya waktu. Jika anak korban broken home tidak ditangani dengan benar. Maka mereka akan mengembangkan berbagai pemahaman dan pemikiran yang dapat membahayakan bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain disekitarnya. Misalnya seperti . . .
Takut berinteraksi dengan orang lain
Banyak kasus dimana anak broken home yang menjadi malu dan takut dengan keadaannya sendiri. Mereka malu dengan kondisi keluarganya, dengan kondisi orang tuanya.
Seiring berjalannya waktu, rasa takut, dan malu tersebut. Lama-lama jika dibiarkan, maka ketika dewasa, si anak tadi akan berubah menjadi pribadi yang penakut, minder dan menutup diri dari pergaulan. Mereka takut jika dihadapkan dengan yang namanya interaksi sosial, dengan yang namanya bertemu orang lain.
Kehilangan kepercayaan dengan orang lain
Karena seringnya ia melihat pertengkaran orang tua di masa kecil. Setelah dewasa ia tahu bahwa semua penyebab kekacauan dalam keluarganya adalah karena pengkhianatan, kecurangan maupun kurangnya rasa tanggung jawab.
Dengan ini, si anak yang sudah tumbuh dewasa akan mengembangkan sikap. Dimana ia tidak mudah percaya dengan orang lain, dan enggan memiliki ikatan atau hubungan yang erat dengan mereka. Terutama halnya hubungan dengan lawan jenis. Karena mereka takut di khianati, takut disakiti, seperti apa yang terjadi pada orang tuanya di masa lalu.
Merasa tak layak untuk dicintai
Yap, mereka sering merasa tak layak untuk dicintai. Dalam benak mereka ada pikiran, cukup saya saja yang menderita. Saya tidak ingin jika punya pasangan hidup, punya keluarga, atau anak saya yang akan menderita. Sama seperti yang saya alami di masa lalu.
Takut berumah tangga / menikah
Karena trauma berat di masa kanak-kanak. Tak jarang, banyak anak korban broken home pada masa dewasanya, mereka sangat takut dengan yang namanya berkomitmen. Takut dengan yang namanya menikah atau berumah tangga.
Mereka takut jika mengalami kejadian yang sama seperti dirinya di masa lalu. Dan takut jika punya anak, si anak akan menderita seperti dirinya di masa lalu. Jadi mereka sudah lelah, dan membiarkan hanya dirinya saja yang menanggung semua beban dan derita.
Kehilangan arah
Yap, anak broken home seringkali kehilangan arah dan tujuan hidup. Mereka tidak tahu harus berbuat apa, melakukan apa di masa depan, dan sebagainya. Rasanya hidup sudah tidak berarti lagi. Hidup tak segan, mati pun tak mau. Jadi bingung sendiri, kehilangan arah dan tujuan hidup. Karena orang yang seharusnya disayangi dan menyayangi nya, sudah tidak peduli lagi dengan dirinya.
Apatis
Anak broken home ketika dewasa juga seringkali mengembangkan sifat apatis. Sifat cuek, masa bodoh dengan semua yang ada. Tidak termotivasi dan antusias dengan apa yang ada dan sudah terjadi. Mereka sudah lelah dan kehilangan arah. Selalu sedih dan menyesali hidupnya, bahkan tak jarang banyak dari mereka yang sering menggugat Tuhan tentang nasib dan takdirnya.
Ya begitulah beberapa hal mengenai pahit dan rapuhnya menjadi anak broken home ketika dewasa. Anak yang lahir dari keluarga yang hancur, keluarga yang tidak harmonis dan bahagia.
Jadi jangan salahkan anak, jika si anak jadi penjahat, jadi depresi dan sebagainya. Salahkanlah lingkungannya, salahkanlah orang tua dan keluarganya yang telah menyia-nyiakan sianak tadi.
Anak yang seharusnya menjadi orang baik, apa daya karena pengaruh lingkungan dan didikan yang salah dari orang tua. Maka seringkali sang anak yang menjadi korbannya.
Tidak seperti kebanyakan anak yang hidup dalam lingkungan keluarga yang normal. Mereka anak broken home hidup dengan penuh derita. Penderitaan terberatnya tentu masih berkaitan dengan hilangnya sosok orang tua dan juga kebahagiaan di dalam rumah.
Nah, seiring berjalannya waktu. Jika anak korban broken home tidak ditangani dengan benar. Maka mereka akan mengembangkan berbagai pemahaman dan pemikiran yang dapat membahayakan bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain disekitarnya. Misalnya seperti . . .
Takut berinteraksi dengan orang lain
Banyak kasus dimana anak broken home yang menjadi malu dan takut dengan keadaannya sendiri. Mereka malu dengan kondisi keluarganya, dengan kondisi orang tuanya.
Seiring berjalannya waktu, rasa takut, dan malu tersebut. Lama-lama jika dibiarkan, maka ketika dewasa, si anak tadi akan berubah menjadi pribadi yang penakut, minder dan menutup diri dari pergaulan. Mereka takut jika dihadapkan dengan yang namanya interaksi sosial, dengan yang namanya bertemu orang lain.
Kehilangan kepercayaan dengan orang lain
Karena seringnya ia melihat pertengkaran orang tua di masa kecil. Setelah dewasa ia tahu bahwa semua penyebab kekacauan dalam keluarganya adalah karena pengkhianatan, kecurangan maupun kurangnya rasa tanggung jawab.
Dengan ini, si anak yang sudah tumbuh dewasa akan mengembangkan sikap. Dimana ia tidak mudah percaya dengan orang lain, dan enggan memiliki ikatan atau hubungan yang erat dengan mereka. Terutama halnya hubungan dengan lawan jenis. Karena mereka takut di khianati, takut disakiti, seperti apa yang terjadi pada orang tuanya di masa lalu.
Merasa tak layak untuk dicintai
Yap, mereka sering merasa tak layak untuk dicintai. Dalam benak mereka ada pikiran, cukup saya saja yang menderita. Saya tidak ingin jika punya pasangan hidup, punya keluarga, atau anak saya yang akan menderita. Sama seperti yang saya alami di masa lalu.
Takut berumah tangga / menikah
Karena trauma berat di masa kanak-kanak. Tak jarang, banyak anak korban broken home pada masa dewasanya, mereka sangat takut dengan yang namanya berkomitmen. Takut dengan yang namanya menikah atau berumah tangga.
Mereka takut jika mengalami kejadian yang sama seperti dirinya di masa lalu. Dan takut jika punya anak, si anak akan menderita seperti dirinya di masa lalu. Jadi mereka sudah lelah, dan membiarkan hanya dirinya saja yang menanggung semua beban dan derita.
Kehilangan arah
Yap, anak broken home seringkali kehilangan arah dan tujuan hidup. Mereka tidak tahu harus berbuat apa, melakukan apa di masa depan, dan sebagainya. Rasanya hidup sudah tidak berarti lagi. Hidup tak segan, mati pun tak mau. Jadi bingung sendiri, kehilangan arah dan tujuan hidup. Karena orang yang seharusnya disayangi dan menyayangi nya, sudah tidak peduli lagi dengan dirinya.
Apatis
Anak broken home ketika dewasa juga seringkali mengembangkan sifat apatis. Sifat cuek, masa bodoh dengan semua yang ada. Tidak termotivasi dan antusias dengan apa yang ada dan sudah terjadi. Mereka sudah lelah dan kehilangan arah. Selalu sedih dan menyesali hidupnya, bahkan tak jarang banyak dari mereka yang sering menggugat Tuhan tentang nasib dan takdirnya.
Ya begitulah beberapa hal mengenai pahit dan rapuhnya menjadi anak broken home ketika dewasa. Anak yang lahir dari keluarga yang hancur, keluarga yang tidak harmonis dan bahagia.
Jadi jangan salahkan anak, jika si anak jadi penjahat, jadi depresi dan sebagainya. Salahkanlah lingkungannya, salahkanlah orang tua dan keluarganya yang telah menyia-nyiakan sianak tadi.
Anak yang seharusnya menjadi orang baik, apa daya karena pengaruh lingkungan dan didikan yang salah dari orang tua. Maka seringkali sang anak yang menjadi korbannya.
Masalah anak broken home ketika dewasa
4/
5
Oleh
Yorn
Semua komentar di moderasi terlebih dahulu. Jadi komen anda tidak akan langsung tampil.